Selama empat hari ke depan, warga Blitar, Tulungagung, dan Kediri akan menikmati panen ikan mabuk. Warga berbondong-bondong mencari ikan di Sungai Brantas yang kondisinya berubah akibat pelepasan air dari bendungan Wlingi dan Serut di Blitar.

Pada Senin (20/05/24), ratusan warga dari berbagai daerah terlihat memadati aliran Sungai Brantas di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Dengan membawa jala, mereka menyusuri sungai yang debit airnya mulai mengering. Dalam satu kali menyelam, mereka bisa mengumpulkan hingga dua karung ikan air tawar.

“Ini tradisi setiap tahun. Saat flushing atau pladu, pasti mencari ikan. Tadi saya dapat dua karung, ada ikan nila dan lele,” ujar Hendrik, warga Sutojayan, Blitar.

Pladu yang dilakukan oleh pihak Perum Jasa Tirta 1 mampu memberikan berkah tersendiri bagi warga Blitar sampai dengan warga Kediri. Pelepasan air bendungan menyebabkan ikan-ikan terbawa arus sungai dan membuat mereka mabuk. Kondisi ini dimanfaatkan warga untuk menangkap ikan sebanyak mungkin menggunakan jala.

Baca juga:  Tahun Baru, Ambulans Dinkes Blitar Tabrak Toko Emas

Meskipun tindakan ini berbahaya dan sudah dilarang oleh Perum Jasa Tirta 1, warga tetap nekat melakukannya. Bagi mereka, mencari ikan mabuk saat pladu sudah menjadi tradisi tahunan.

“Ya, ikannya dimasak untuk lauk makan dan juga dijual. Lumayan untuk tambahan penghasilan. Kalau untuk lauk, kan bisa menghemat biaya juga,” tambahnya.

Situasi serupa juga terjadi di Jembatan Glondong Jegu, Blitar. Meskipun debit air Sungai Brantas sangat deras, warga tetap nekad mencari ikan di tepi sungai. Dengan menggunakan jala, warga menjaring ikan mabuk yang terbawa arus sungai satu per satu. Hasil tangkapan warga bisa mencapai puluhan kilogram.

“Nanti ikan yang kami dapat akan dibagikan ke tetangga sekitar. Lalu, sebagiannya juga kami jual,” kata Nanang.

Kegiatan flushing ini memang rutin dilakukan setiap tahun oleh Perum Jasa Tirta 1. Tahun ini, ada dua bendungan yang menjalani pladu, yaitu Bendungan Wlingi Raya (Jegu) dan Bendung Serut.

“Tujuan kegiatan ini adalah mengembalikan fungsi kapasitas pada Bendungan Wlingi dan Lodoyo sehingga jika terjadi banjir besar, airnya bisa ditampung. Tidak hanya itu, airnya juga bisa bermanfaat untuk keperluan industri, rumah tangga, dan irigasi,” kata Herman Cahyo Nugroho selaku Kepala Divisi Jasa Air Perum Jasa Tirta 1.

Perlu diketahui bahwa Bendungan Wlingi mempunyai peranan yang penting karena menjadi tempat pengambilan dan penyediaan air untuk irigasi di wilayah Lodoyo-Tulungagung Timur seluas 13.000 Ha.

Bagi Bendungan Wlingi, kegiatan pladu juga penting karena fungsinya sebagai pengatur debit air (after bay) PLTA Sutami dan pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang 2 X 27 MW.

Selain itu, Bendungan Wlingi memiliki peran penting dalam pengendalian banjir dan pengendalian pasir dari Gunung Kelud. Selanjutnya, bendungan ini juga bermanfaat untuk mendukung perikanan darat dan pariwisata di sekitar Bendungan Wlingi.

Baca juga:  Sempat Gagal Berkali-Kali, Anak Juru Parkir di Kediri Kini Lolos Seleksi Polisi

Di sisi lain, kegiatan pladu sangat penting bagi Bendung Lodoyo karena bendungan ini digunakan untuk mengoperasikan PLTA Lodoyo dengan kapasitas terpasang 1 x 4,7 MW. Bendung Lodoyo juga berfungsi sebagai pengatur debit (after bay) untuk PLTA Wlingi.

Tidak hanya itu, PLTA Lodoyo memainkan peran penting dalam pengendalian banjir dan penggelontoran pasir ke hilir Waduk Lodoyo, serta mendukung perikanan darat dan pariwisata.

“Hari ini kami mulai membuka pintu air Lodoyo pada pukul 12.15. Selang satu jam kemudian, pintu Bendungan Wlingi Raya akan mulai dibuka. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk pemeliharaan tampungan Waduk Wlingi dan Lodoyo,” tutupnya.

 

Editor: Indo Guna Santy

Iklan