Pastinya, setiap manusia yang ada di dunia berharap bisa terhindar dari rasa susah dan selalu ingin memperoleh kesenangan. Keadaan ini sangat wajar karena sifat dasar manusia ingin menikmati kebahagiaan.

KH Ahmad Bahauddin Nur Salim membagikan rahasia terhindar dari kesusahan dalam hidup dan meraih kesenangan tersebut. Ustaz yang akrab dengan sapaan Gus Baha ini mengajak siapa pun yang masih hidup di dunia harus belajar merasa senang.

“Jika tidak dapat merasa senang, maka paksa diri untuk senang. Hal tersebut karena senang adalah sifat dari para waliyullah,” jelasnya.

Baca juga:  Mengenal Sejarah Gaya Rambut Mullet dan Asal Usul Lengkap

Ustaz sekaligus Pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA Rembang tersebut juga mengungkapkan bahwa sifat dasar para wali adalah tak pernah merasa takut dan susah. Para wali menganggap bahwa rasa susah yang mereka rasa terus menerus bisa berdampak pada tidak ridha pada qadha` Allah SWT.

Sebagai manusia biasa, Gus Baha sendiri mengaku terkadang juga mempunyai rasa kesusahan. Salah satu contohnya saat ibunya sedang sakit. Tentunya, dia merasa kurang sehat dan banyak lagi hal yang lain.

Akan tetapi, saat Gus Baha ingat ibunya yang sakit dan kemudian mencoba mengartikan bahwa sakit adalah penghapus dosa, maka hal ini justru menambah kemuliaan dirinya karena merawat ibunya.

Apalagi merawat merupakan ibadah dan orang yang sakit juga termasuk ibadah. Maka dari itu, Gus Baha merasa tetap senang.

Selain itu, Gus Baha juga mengibaratkan dirinya dalam mendidik para santri bernama Rukhin dan Mustofa sejak tahun 2005 misalnya, namun mereka tidak ada perubahan atau perkembangan.

Apabila menuruti naluri sebagai guru, pasti Gus Baha akan merasa jengkel karena seharusnya kedua santri tersebut sudah mampu berkarir menjadi mubaligh. Namun, kenyataannya ulama tafsir Al-Qur`an tersebut tidak kecewa.

Baca juga:  Membanggakan! Tim FH UMM Raih Juara 3 Debat Konstitusional Tingkat Nasional

“Sikap seorang kiai adalah merasa senang saat melihat para santri hidup dengan senang juga. Tidak perlu menunggu mereka menjadi pintar karena hal tersebut bisa membuat kecewa sebagai guru. Jadi, intinya harus berlatih untuk hidup bahagia (senang),” tuturnya.

Editor: Indo Guna Santy

Iklan