Mendekati bulan Ramadhan, harga cabai rawit di berbagai pasar tradisional di wilayah Blitar mengalami lonjakan signifikan. Saat ini, harga cabai rawit yang dijual oleh pedagang telah mencapai Rp100 ribu per kilogram yang tentu saja menimbulkan keluhan dari masyarakat.
Banyak warga merasa semakin terbebani dengan kenaikan harga ini, terutama di tengah kondisi ekonomi yang sulit.
Seorang warga Ponggok, Kabupaten Blitar bernama Mitha mengungkapkan bahwa kenaikan harga cabai rawit membuatnya kesulitan mengatur keuangan rumah tangga. Ia merasa bingung karena di saat ekonomi sedang sulit, justru harga kebutuhan pokok seperti cabai meningkat tajam.
Hal ini memaksa masyarakat untuk lebih cermat dalam mengatur pengeluaran mereka, termasuk mengurangi jumlah pembelian cabai rawit guna berhemat. Jika biasanya mereka membeli setengah kilogram untuk kebutuhan beberapa hari, kini mereka hanya mampu membeli sekitar 100 gram dengan harga Rp10 ribu.
Dari keterangan pedagang, kenaikan harga cabai rawit ini sudah terjadi selama beberapa hari terakhir. Bahkan dalam tiga hari terakhir, kenaikannya cukup drastis hingga menembus angka Rp100 ribu per kilogram.
Salah satu pedagang di Pasar Tugurante, Kabupaten Blitar bernama Umi menjelaskan bahwa kondisi ini kerap terjadi saat musim hujan dan mendekati bulan Ramadhan.
Kenaikan harga ini dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan menjelang bulan puasa serta berkurangnya pasokan akibat curah hujan yang tinggi. Musim hujan menyebabkan banyak tanaman cabai mengalami gagal panen sehingga jumlah cabai yang sampai ke pedagang menjadi lebih sedikit.
Selain itu, meningkatnya permintaan karena tradisi masyarakat Jawa yang mengadakan acara selamatan sebelum Ramadhan juga turut mendorong lonjakan harga.
Masyarakat berharap pemerintah daerah maupun pusat dapat segera mengambil langkah untuk mengatasi mahalnya harga cabai rawit. Dengan begitu, warga tidak merasa terbebani dengan lonjakan harga menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2025. (IND/SAN)