Kasus infeksi HIV/AIDS di Kabupaten Blitar menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu dua bulan terakhir, tercatat sebanyak 35 warga terdiagnosis mengidap penyakit ini.
Kelompok usia produktif, khususnya mereka yang berada dalam rentang usia 25 hingga 49 tahun menjadi yang paling terdampak dan rentan terhadap penularan virus.
Menurut keterangan dari Eko Wahyudi selaku Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar, dari total kasus baru sebanyak 26 orang merupakan laki-laki dan 9 orang sisanya adalah perempuan.
Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa mayoritas kasus ditemukan pada usia 25-49 tahun dengan jumlah 19 penderita, disusul kelompok usia di atas 50 tahun sebanyak 9 orang, usia 20-24 tahun berjumlah 6 orang, dan satu penderita berusia 15 tahun.
Eko menyatakan bahwa data ini menjadi bukti bahwa HIV/AIDS masih menjadi permasalahan kesehatan yang serius, terutama di kalangan usia yang aktif secara sosial dan ekonomi.
Berdasarkan catatan Dinkes Kabupaten Blitar, pada bulan Januari hingga Februari 2024 telah terdeteksi 35 kasus baru dengan 29 orang terkonfirmasi HIV dan 6 lainnya telah masuk dalam fase AIDS.
Ia juga mengungkapkan bahwa sebagian besar penderita baru diketahui setelah mereka mengalami gejala tertentu dan datang ke fasilitas layanan kesehatan. Hal ini menunjukkan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam melakukan tes HIV secara mandiri dan sukarela.
Eko menambahkan bahwa pihaknya masih melakukan pendataan lanjutan guna mengetahui total keseluruhan penderita HIV/AIDS di wilayah Blitar. Namun, tren kasus baru terus mengalami peningkatan.
Ia mengimbau agar masyarakat, terutama mereka yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi seperti individu yang kerap melakukan hubungan seksual tanpa pengaman, berganti pasangan, atau melakukan hubungan sebelum menikah agar lebih berhati-hati dan waspada.
Eko menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan secara rutin yang bisa diakses secara gratis melalui fasilitas kesehatan dengan jaminan kerahasiaan dan dukungan BPJS.
Dinkes Kabupaten Blitar pun terus memperkuat upaya pencegahan dengan memberikan edukasi tentang HIV/AIDS di berbagai lapisan masyarakat, termasuk komunitas dan sekolah-sekolah.
Selain edukasi, mereka juga menyediakan layanan konseling serta pengobatan bagi para penderita agar kualitas hidup mereka tetap terjaga.
Dengan adanya terapi antiretroviral (ARV), penderita HIV masih bisa menjalani hidup sehat dan produktif, serta mampu menurunkan risiko penularan kepada orang lain. Eko menegaskan bahwa deteksi dini sangat penting dalam proses pengendalian virus ini. Semakin cepat diketahui, semakin besar peluang untuk menekan dampaknya. (IND/SAN)