Pada tahun 2024, tercatat ada 13 ibu hamil meninggal dunia di Kabupaten Blitar. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencatatkan enam kasus kematian.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar, penyebab utama kematian ibu hamil tersebut antara lain preeklamsia, serangan jantung, pendarahan, serta demam berdarah dengue (DBD).
Meskipun begitu, masalah utama yang dihadapi adalah rendahnya kesadaran sebagian ibu hamil di wilayah tersebut terhadap pentingnya menjaga kesehatan selama kehamilan.
Etti Suryani selaku Subko Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinkes Kabupaten Blitar menjelaskan bahwa banyak ibu hamil yang merasa kehamilannya berjalan dengan lancar dan tidak berisiko, padahal mereka memiliki riwayat penyakit tertentu yang bisa berbahaya baik bagi mereka maupun janinnya.
Pada tahun 2023, jumlah kematian ibu hamil hanya mencapai enam kasus, namun pada 2024, angka kematian ibu hamil meningkat menjadi 120,81 per 100.000 kelahiran hidup. Tentunya, ini menajdi sebuah angka yang sulit untuk dipertahankan.
Penyakit preeklamsia menjadi penyebab terbanyak dalam kasus kematian ibu hamil dengan empat kasus tercatat pada tahun lalu. Kondisi ini lebih rentan dialami oleh ibu hamil pertama kali, ibu hamil yang lebih tua, hamil kembar, atau mereka yang memiliki hipertensi kronis.
Preeklamsia dapat dideteksi setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu dan dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan rutin serta pemberian terapi tertentu seperti kalsium dan aspirasi. Jika preeklamsia berkembang menjadi berat, kelahiran harus dilakukan pada usia kehamilan 34 minggu meskipun bayi yang lahir prematur membutuhkan perawatan khusus.
Selain preeklamsia, terdapat pula kasus kematian ibu hamil akibat serangan jantung, DBD, pendarahan, gagal ginjal, dan anemia. Pada tahun 2024, dua ibu hamil meninggal akibat serangan jantung, dua lainnya akibat DBD, terutama di Kecamatan Panggungrejo dan Gandusari.
Tingginya angka kasus DBD di Blitar pada tahun ini turut menjadi faktor penyebab. Etti menekankan pentingnya setiap ibu hamil untuk melakukan kontrol rutin selama kehamilan, baik yang berisiko tinggi maupun rendah.
Setidaknya, pemeriksaan enam kali selama periode kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan janin, mengingat komplikasi bisa terjadi kapan saja, terutama saat persalinan. (IND/SAN)