Eni Setiawati (49 tahun), seorang warga Desa Tlogo, Kecamatan Kanigoro, Blitar, memperlihatkan dedikasinya yang tak kenal lelah dalam melestarikan seni dan filosofi di balik batik tutur khas Blitar. Baginya, batik tutur bukan hanya sehelai kain berwarna, melainkan sebuah cerita hidup yang mencerminkan nilai-nilai kebijaksanaan dan kearifan lokal yang perlu diwariskan kepada generasi penerus.

Ketika tim detikJatim mengunjungi rumahnya yang hangat dan penuh semangat ini, Eni menyambut dengan senyuman tulus. Rumahnya bukan hanya sekadar tempat tinggal, melainkan juga menjadi sebuah tempat di mana seni dan tradisi berkembang. Puluhan lembar kain batik tutur, setiap helai memiliki cerita tersendiri, dipajang dengan rapi. Setiap motif, dari motif pahatan Candi Penataran hingga motif ikan mujair, dipilih dengan teliti dan dikerjakan dengan penuh cinta.

Baca juga:  Terinspirasi dari Bjorka, Tersangka Jual Data Nasabah BCA

Menurut Eni, batik tutur memiliki kemampuan unik dalam menyampaikan pesan-pesan mendalam melalui gambar-gambar yang dihadirkan. Inilah yang mendorongnya untuk menciptakan batik literasi, sebuah bentuk seni yang menggabungkan estetika dengan pesan-pesan sejarah, cerita, doa, dan harapan dalam desain karya seni batik.

“Saya tergugah untuk menciptakan batik literasi karena saya percaya bahwa batik bukan hanya sekadar pakaian. Ini adalah jendela ke dalam sejarah dan budaya kami. Saya ingin generasi muda memahami nilai-nilai yang terkandung dalam setiap kain batik tutur,” ungkap Eni dengan penuh semangat di kediamannya, pada sebuah hari Senin yang cerah (2 Oktober 2023).

Setiap lembar batik yang dihasilkan oleh Eni adalah buah dari kerja keras dan ketekunan. Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang tak sebentar; bisa mencapai dua bulan untuk satu lembar kain. Namun, hasilnya adalah sebuah karya seni yang mengagumkan, penuh dengan keindahan dan kearifan yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Baca juga:  Tempat Karaoke di Blitar Terbakar, Pengunjung Masih Asyik Bernyanyi

Namun, Eni juga fleksibel dalam pendekatan karyanya. Selain memproduksi batik tulis yang eksklusif, dia juga menciptakan batik dengan teknik cap maupun kombinasi, menggantungkan hal itu pada kebutuhan pasar dan permintaan pelanggan. Meskipun prosesnya lebih cepat, kualitas dan keindahan tidak pernah dikorbankan.

Peminat terhadap karya batik buatan rumah produksi batik Jagadjowo Eni sangat beragam. Mulai dari pelanggan lokal di Blitar hingga pelanggan dari luar kota bahkan luar negeri, termasuk dari negara jauh seperti Kanada. Bahkan, permintaan dari luar negeri pun tidak membuatnya mengurangi nilai-nilai tradisional dalam setiap karyanya. Ia menciptakan motif-motif khusus yang menggambarkan keindahan budaya lokal Blitar.

Eni memiliki harapan besar terhadap masa depan batik tutur dan batik literasi. Dia berharap agar seni ini tetap berkembang dan tidak kalah pamor dengan batik printing yang lebih murah dan cepat dalam proses produksi. Baginya, batik tutur bukan hanya tentang mempertahankan warisan budaya, tetapi juga menciptakan kesempatan bagi para pembatik untuk berkarya dan meraih pengakuan yang pantas.

Baca juga:  Identifikasi Suara Aneh dari Dalam Tanah di Sumenep, BMKG Pasang Alat Canggih

“Harapan kami, para pembatik, adalah agar batik tulis terus eksis dan dihargai seiring dengan perkembangan zaman. Setiap lembar batik adalah potongan cerita kami, yang ingin kami sampaikan kepada dunia. Saya yakin, dengan kesadaran akan keindahan dan makna di balik setiap kain batik tutur, kami dapat mempertahankan warisan ini untuk generasi-generasi mendatang,” tutup Eni dengan keyakinan dan semangat yang membara.

Editor: Luthfia Azarin

Iklan