Harga telur ayam mengalami penurunan yang signifikan dalam satu minggu terakhir. Dinas Peternakan Kabupaten Blitar mengungkapkan bahwa kelimpahan stok akibat spekulasi peternak dalam menahan hasil produksi menjadi penyebab utama dari penurunan harga telur saat ini.
Observasi dari detikJatim di pasar tradisional menunjukkan bahwa harga telur hari ini berada dalam kisaran Rp 23-24.000/kg. Ini menandai penurunan dari kisaran harga sebelumnya yang berada di antara Rp 28-30.000/kg dalam seminggu sebelumnya. Harga yang tinggi ini bertahan selama hampir tiga bulan sebelumnya.
Namun, dalam sepekan terakhir, harga mengalami penurunan tajam. Beberapa pasar tradisional menunjukkan harga telur sekitar Rp 23-24.000/kg, mengalami penurunan sekitar Rp 4.000/kg. Harga di pasar Blitar cenderung memiliki perbedaan sekitar Rp 5.000/kg jika dibandingkan dengan harga di kandang peternak.
“Yes, harga telur dari kandang hari ini telah mengalami tekanan hingga mencapai Rp 18.500. Namun, beberapa rekan peternak memilih untuk menahan penjualan hingga mencapai harga Rp 19.000/kg,” ungkap Ketua Koperasi Berkah Telur Blitar, Yesi Yuni Astuti, saat diwawancarai oleh detikJatim pada Kamis (31/8/2023).
Menurut Yesi, harga telur ini mengalami penurunan drastis setelah sebelumnya stabil di atas Rp 22.000/kg dari para peternak. Para peternak merasa terdampak oleh penurunan harga telur ini karena harga jagung yang tetap tinggi, yakni sekitar Rp 6.500/kg. Yesi tidak dapat memastikan apakah penurunan harga telur ini disebabkan oleh overproduksi atau faktor lainnya.
Suryono, seorang peternak lainnya, juga mengalami keluhan yang serupa. Dengan harga jagung sebagai bahan pakan utama yang tetap tinggi, yakni Rp 6.500/kg, seharusnya harga telur tetap stabil dalam kisaran Rp 23-24.000/kg dari kandang.
“Iya, saat ini harganya seperti itu. Meskipun harga sempat tinggi beberapa bulan yang lalu, kami belum dapat mengatasi utang-utang kami pasca pandemi. Sekarang kami harus menanggung kerugian tambahan sekitar Rp 5.000/kg,” keluhnya.
Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Pemkab Blitar mengakui adanya penurunan harga telur ayam saat ini. Blitar, sebagai pusat produsen telur ayam, menjadi salah satu wilayah yang terkena dampak fluktuasi harga komoditas yang tajam.
Dengan populasi ayam petelur sebanyak 15.190.000 ekor dan kapasitas produksi mencapai 460 ton per hari, Harga Pokok Produksi (HPP) telur seharusnya berada di angka Rp 27.000/kg di pasar dan harga kandang sekitar Rp 22-23.000/kg berdasarkan acuan Bapanas.
“Mulai bulan Suro hingga Sapar, saya melihat banyak peternak yang berspekulasi untuk menahan telur mereka. Harga sempat turun menjadi Rp 22.000/kg, meskipun sebelumnya bisa mencapai Rp 27.000/kg. Ternyata dalam satu minggu, harga malah cenderung turun, sehingga peternak melepas telur dan menyebabkan over stok,” papar Kabid Budidaya Peternakan Disnakkan Pemkab Blitar, Indriawan Wicaksono.
Indriawan mengindikasikan bahwa over stok yang mencapai 25 persen adalah penyebab utama dari penurunan harga telur di tingkat peternak. Spekulasi ini terlihat dari kualitas telur yang dihasilkan, yang tidak segar seperti telur dari ayam muda. Menahan stok dalam jangka waktu lama dapat merusak kualitas telur.
“Selain itu, saya mendengar bahwa para pedagang di Jakarta juga memaksa peternak kami untuk menjual telur dengan harga rendah. Mereka juga banyak mendatangkan telur dari Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan harga yang bersaing. Kita tidak bisa menghindari fakta bahwa harga ditentukan oleh pasar, dan kini harga telur mengalami penurunan,” tambahnya.
–
Editor: Luthfia Azarin