Keputusan The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat yang menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin menjadi hal yang baik bagi rupiah sendiri.

Bagaimana tidak, nilai tukar rupiah yang masuk dalam proses transaksi antarbank Jakarta pada Kamis (2/2/2023) pagi tadi sudah meningkat tajam 113 poin atau sebesar 0,75% ke posisi Rp14.863 per dolar AS.  Hal ini pasti menguntungkan jika kita bandingkan dengan posisi pada penutupan perdagangan yang sebelumnya mencapai Rp14.975 per dolar AS.

“Hasil rapat FOMC yang memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 poin dini hari tadi dapat menjadi pendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS di hari ini,” tutur Ariston Tjendra selaku pengamat pasar uang seperti yang dikutip dari Antara, Kamis (2/2/2023).

Baca juga:  Sudah Tertangkap! Wali Kota Blitar Belum Tahu Motif Perampokan yang Menimpanya

The Fed Naikkan Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah Menguat

The Federal Open Market Commitee (FOMC) atau Komite Pasar Terbuka Federal adalah Dewan Rapat Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat. Peningkatan suku bunga oleh The Fed targetnya sebanyak seperempat persentase poin pada hari Rabu tanggal 1 Februari 2023. Namun terus menjanjikan adanya peningkatan yang berkelanjutan dalam biaya pinjaman sebagai bagian dari pertempuran yang belum selesai melawan inflasi.

Kebijakan The Fed ini mampu menaikkan suku bunga acuan sampai kisaran antara 4,50 persen dan 4,75 persen. Ini merupakan langkah yang diantisipasi secara luas oleh para penanam modal dan diisyaratkan oleh Bank Sentral AS menjelang pertemuan The Federal Open Market Commitee.

Selanjutnya, Ariston mengatakan bahwa Jerome Powell selaku Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) menuturkan jika tekanan inflasi di wilayah AS mulai melandai dan keadaan ketenagakerjaan AS masih dalam kategori bagus.

Baca juga:  Harga Emas Menguat Tajam Ditengah Kecemasan Kegagalan Bank-Bank AS

“Hal inilah yang membuka harapan bahwa The Fed akan menerapkan kebijakan pengetatan moneter yang lebih longgar pada tahun ini,” ujar Ariston. Tentunya, pernyataan ini mampu memberikan kelegaan pada pasar keuangan. Indeks saham Asia yang menjadi aset berisiko mulai menguat pada pagi ini.

Bank Sentral AS memang tidak mengeluarkan proyeksi ekonomi baru dari pembuat kebijakannya di hari Rabu lalu, namun mereka menegaskan kembali komitmennya mengenai target inflasi rata-rata 2,0 persen sebagai bagian dari tinjuan tahunan prinsip operasinya.

Baca juga:  Elpiji 3 Kg Langka, Bupati Kediri Duga Ada Penggunaan Tak Sesuai Peruntukan

Ariston juga memperkirakan bahwa rupiah akan berpeluang semakin menguat ke arah Rp14.850 per dolar AS dengan peluang resisten pada kisaran Rp15.000 dolar AS.

Diketahui sebelumnya, pada hari Rabu (1/2/2023), nilai tukar rupiah menguat 16 poin atau sebesar 0,10 persen ke posisi Rp14.975 per dolar AS daripada posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya yang mencapai Rp14.991 per dolar AS.

Editor: Indo Guna Santy

Iklan