Sebanyak 37 warga Desa Ampel Gading, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, mengalami keracunan massal setelah menyantap ikan gurami. Warga yang terdampak langsung dilarikan ke berbagai fasilitas kesehatan, dengan 24 di antaranya harus menjalani perawatan intensif.

Bahkan, dua korban dirujuk ke ICU karena kondisi yang lebih serius. Penanganan para korban dilakukan di beberapa tempat, termasuk Puskesmas Boro, Klinik Pelita Husada, dan RSUD Ngudi Waluyo.

Misriani, salah satu korban keracunan, menceritakan bahwa ia dan keluarganya menerima kiriman ikan gurami bakar dari seorang juragan ternak ayam yang tinggal di Jatinom. Pada hari Sabtu sebelum insiden terjadi, Misriani dan keluarganya menikmati ikan gurami tersebut tanpa merasakan gejala apa pun.

Baca juga:  5 Rumah Sakit Terbaik di Blitar yang Bisa Diandalkan

Namun, pada dini hari Minggu, perutnya mulai terasa mulas dan diare, yang diikuti dengan muntah-muntah. “Waktu makan sih nggak terasa apa-apa, tapi besok paginya tiba-tiba perut saya melilit dan muntah-muntah,” jelas Misriani.

Menurut Yuniarsih, dokter dari Puskesmas Boro yang menangani beberapa korban, gejala yang dialami warga sangat konsisten dengan keracunan makanan. Ia menyatakan bahwa kemungkinan besar sumber keracunan berasal dari ikan gurami yang dikonsumsi oleh para korban.

“Melihat dari gejala seperti diare dan muntah, besar kemungkinan mereka keracunan dari ikan gurami. Apalagi, anak-anak yang tidak makan sambal pun terkena, jadi dugaan kuat berasal dari ikannya,” kata Yuniarsih menjelaskan.

Baca juga:  Lantai 2 Pasar Legi Kota Blitar Terlihat Mangkrak dan Sepi Peminat

Korban keracunan tidak hanya terdiri dari orang dewasa, tetapi juga anak-anak yang turut mengonsumsi ikan tersebut. Meski awalnya banyak yang mengalami kondisi serius, setelah menjalani perawatan intensif selama tiga hari, kondisi para korban mulai membaik.

Semua korban yang sempat dirawat kini telah diperbolehkan pulang karena kondisi kesehatan mereka telah stabil. Peristiwa keracunan massal ini menjadi perhatian serius bagi warga setempat, yang kini lebih waspada terhadap konsumsi makanan yang mungkin berisiko menyebabkan keracunan. (Hen/Yun)

Iklan