Burung derkuku saat ini telah mengalami kenaikan status. Sekarang, burung tersebut dapat dipertandingkan di arena perlombaan. Bagi pemenangnya, tawaran tertinggi sebagai hadiahnya bisa mencapai Rp 150 juta.
Bagi komunitas yang menyukai burung dengan suara riuh, suara burung derkuku sebelumnya dianggap sebagai gangguan. Alasannya, suaranya dapat mengganggu burung dengan suara riuh lainnya, seperti burung ocehan atau perkutut. Tidak mengherankan jika burung derkuku biasanya dijauhkan dari perlombaan burung dengan kualitas terbaik.
Namun, dalam 10 tahun terakhir, tampaknya ada perubahan dalam status burung derkuku. Burung yang sering dijumpai di sekitar makam ini kini mulai bersaing di arena perlombaan. Meskipun, bukan burung derkuku biasa yang mengalami peningkatan. Tetapi, derkuku hasil persilangan.
“Burung derkuku yang berpartisipasi dalam perlombaan adalah hasil persilangan. Kami menggabungkan derkuku lokal, puter, dan derkuku kelantan. Anak-anak dari persilangan ini yang biasanya kami ajukan dalam acara Dekumania,” jelas Makrus, Ketua Panitia Lomba Derkuku Nasional (LDI) Blitar, kepada detikJatim pada Minggu (13/8/2023).
Ratusan peserta datang dari berbagai daerah, terutama di Pulau Jawa. Kehadiran peserta berasal dari kota-kota seperti Bandung, Jakarta, Solo, dengan jumlah terbanyak dari Yogyakarta. Tidak hanya itu, peserta juga berasal dari Surabaya, Malang, dan Madura.
Tampak hadir di antara peserta LDI Blitar adalah KGPH Prabukusumo, yang merupakan tokoh senior dalam komunitas pecinta burung derkuku. Adik dari Sultan HB X ini membawa empat burung derkuku andalannya untuk bersaing dalam ajang Dekumania ini.
LDI yang digelar di Blitar merupakan perlombaan derkuku tingkat nasional yang ketiga kalinya. Sebelumnya, LDI Nasional 1 diadakan di Tulungagung dan LDI 2 di Yogya. Setelah LDI ketiga berlangsung di Blitar, rencananya akan ada perlombaan serupa di kota-kota lain di Jawa, seperti Solo, dan kembali lagi ke Yogyakarta.
Dalam LDI ketiga tingkat nasional ini, panitia telah menyiapkan 200 gantangan. Terdapat tiga kelas lomba, yakni pemula, junior, dan senior. Penilaian terhadap suara burung derkuku memiliki kriteria yang khusus. Aspek-aspek yang dinilai termasuk suara depan, suara tengah, suara ujung, dan pola nada suara secara keseluruhan. Di kalangan para pemain, istilah “ngangklung dan semi ngangklung” menjadi familiar.
Tiga kategori lomba ini tidak hanya ditentukan berdasarkan usia burung derkuku. Sebuah burung derkuku yang sudah berusia tua mungkin saja dapat masuk dalam kategori junior jika suaranya cocok. Begitu juga sebaliknya. Tidak jarang juga, burung derkuku yang masih muda tetapi memiliki kualitas suara yang baik dapat bersaing dalam kategori senior.
“Perlombaan burung derkuku tidak berkaitan dengan hadiah uang. Hanya hadiah berupa trofi yang diberikan. Karena Dekumania lebih merupakan hobi daripada tentang memenangkan hadiah uang. Meskipun terkadang burung yang menjadi juara dapat dijual dengan harga tinggi, itu lebih disebabkan oleh hasrat dalam berhobi,” demikian kata Muklis.
Muklis juga menyatakan bahwa burung derkuku yang beberapa kali memenangkan perlombaan tingkat nasional dapat mencatat rekor penawaran hingga ratusan juta rupiah. Namun, pemiliknya enggan melepas burung tersebut, karena menghasilkan burung derkuku dengan suara yang cocok untuk perlombaan tidaklah mudah seperti yang terlihat saat burung tersebut berada di gantangan.
“Dalam beberapa kasus, tawaran tertinggi untuk burung derkuku mencapai Rp 150 juta. Namun, pemiliknya tidak ingin menjualnya,” tambahnya.
—
Editor: Rozak Al-Maftuhin